Usaha pembuatan gula aren di Kabupaten Tasikmalaya kini semakin terpuruk. Diduga kurangnya perhatian pemerintah serta semakin minimnya pohon aren sebagai bahan baku utama pembuatan gula, menjadi penyebab usaha turun temurun ini, terkikis dan hampir punah.
Tepatnya di wilayah Kecamatan Leuwisari, dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak pengrajin yang meninggalkan usaha pembuatan gula aren dan berpindah ke usaha lain.
Salah seorang pengrajin gula aren, Totoy (43) waga Kampung
Gurawilan Desa Cigadog Kecamatan Leuwisari mengatakan, dalam sepuluh
tahun terakhir, jumlah pembuat gula aren tradisional di kampung tersebut
terus menyusut. "Awalnya ada sekitar 30 unit atau pengrajin. Kini hanya
tersisa 3 unit usaha pembuatan gula aren. Kondisi ini cukup
memprihatinkan, padahal usaha ini awalnya menjadi tumpuan satu-satunya
bagi kehidupan masyarakat setempat," paparnya, Kamis (19/2/2015).
Berkurangnya jumlah pohon aren karena salah satunya
tergerus oleh perluasan pembangunan pemukiman penduduk, produksi gula
aren terus merosot. Ditambah lagi kurangnya perhatian pemerintah daerah
terhadap sektor ini membuat para pengrajin beralih profesi dan usaha
pembuatan gula aren sulit berkembang.
Ditambahkan Totoy yang telah menggeluti usaha pembuatan
gula aren sejak hampir 13 tahun ini, jika kondisi ini dibiarkan alias
tidak mendapat perhatian pemerintah, maka tidak mustahil, pembuatan gula
aren di kampung ini benar-benar punah.
"Kami berharap ada perhatian pemerintah dalam hal
penyediaan lahan khusus untuk pohon aren. Disamping itu ada bantuan
modal usaha untuk meningkatkan produksi serta pemasarannya, sehingga
dapat meningkat kesejahteraan masyarakat khususnya di kampung ini,"
ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar